Universitas Airlangga Official Website

Perjalanan di Balik Layar Memikat Wisatawan Lewat Dunia Film

Ilustrasi Film
Ilustrasi Film (Foto: Befunky College)

Keberhasilan Eras Tour yang eksklusif terselenggara di Singapura telah mendorong terbukanya kompetisi antar negara. Dampak positif Taylornomics membuat banyak negara berlomba-lomba menggelar event serupa, salah satunya Indonesia. Menteri Sandiaga Uno melihat potensi positif bagi Indonesia dengan berkaca dari keberhasilan Singapura, rencana tersebut tetap memberikan tantangan tersendiri bagi Indonesia. Dalam hal ini, Indonesia memiliki keterbatasan aksesibilitas, dukungan dan perizinan dari birokrasi, serta insentif yang mencakup kemudahan transportasi, koordinasi dengan pemerintah setempat, dan dibutuhkannya perbaikan venue. 

Kemenparekraf dalam menanggapi ini dapat menyusun strategi baru untuk meningkatkan perekonomian Indonesia melalui bidang industri kreatif lain yang tidak kalah saing dari keberhasilan Singapura mengundang Taylor Swift secara eksklusif. Seperti yang diketahui, Indonesia telah lama diakui sebagai negara yang kaya akan keindahan alam dan budaya. Potensi ini tidak hanya menjadi daya tarik bagi para pelancong, tetapi juga menarik perhatian dari pelaku industri kreatif, seperti produser film Hollywood yang mencari lokasi syuting eksotis dan menarik.

Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa sektor pariwisata telah menjadi salah satu penyumbang utama terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan kontribusi sebesar 4% terhadap PDB pada tahun 2023. Menurut data dari Kemenparekraf, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2023 meningkat sebesar 10% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Data di atas menunjukkan adanya peluang yang besar untuk memperluas industri pariwisata melalui kolaborasi dengan industri film. Dalam hal ini, film menjadi strategi memperkenalkan wisata Indonesia di mata dunia. Adapun deretan film Hollywood yang menjadikan Indonesia sebagai lokasi syuting di antaranya adalah ‘Beyond Skyline’ (2017), ‘After The Dark’ (2014), ‘Eat Pray Love’ (2010), ‘The Fall’ (2006), dan ‘Anacondas: The Hunt of Blood Orchid’ (2004).

Dalam upaya memaksimalkan potensi dan membangun reputasi sebagai destinasi syuting film, Kemenparekraf bersama dengan pihak terkait perlu mengimplementasikan strategi terkoordinasi. Menurut survei yBEKRAF, sekitar 70% produser film Hollywood menyatakan bahwa insentif fiskal menjadi faktor utama dalam memilih lokasi shooting. Dengan kata lain, pemberian insentif fiskal kepada produser film Hollywood yang memilih untuk syuting di Indonesia menjadi langkah strategis yang penting.

Adapun data dari Asosiasi Produser Film Indonesia (APFI) menunjukkan bahwa jumlah produksi film nasional meningkat sebesar 15% dalam dua tahun terakhir. Dengan membangun kerjasama antara produser Hollywood dan industri film Indonesia, kualitas produksi film dapat meningkat. Dalam upaya mengembangkan industri film secara keseluruhan, Kemenparekraf dapat memberikan dukungan, berupa pelatihan bagi tenaga kerja lokal, serta memperluas infrastruktur pendukung seperti studio dan fasilitas produksi.

John Huddles, sutradara film The Philosophers yang pernah syuting di Indonesia, berpendapat bahwa produksi film Hollywood di Indonesia dapat menjadi sarana bagi para pembuat film Indonesia yang ingin belajar proses produksi film Hollywood. Promosi budaya Indonesia juga harus menjadi fokus utama dalam menarik produser film Hollywood dengan menawarkan kekayaan budaya yang unik. Menurut data dari Kemenparekraf, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang tertarik dengan wisata budaya meningkat sebesar 20% dalam tiga tahun terakhir.

Dengan menambahkan unsur budaya ke dalam produksi film, Indonesia dapat menciptakan citra yang kuat dan memikat bagi produser film Hollywood. Sebagai pekerjaan rumah, Indonesia perlu meningkatkan dukungan logistik. Data dari Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki jaringan transportasi yang luas, namun masih perlu investasi dalam infrastruktur dan fasilitas pendukung. Seperti akomodasi untuk memastikan keberhasilan produksi film di Indonesia.

Dalam upaya menyukseskan rencana ini, Indonesia dapat memperluas koneksi melalui kehadiran aktif di acara-acara industri film internasional, konferensi, dan pertemuan bisnis. Melalui lobi yang cermat, Indonesia dapat tetap berada di radar produser film Hollywood dan terus menarik proyek-proyek film yang menarik. Dengan menyampaikan pesan menarik tentang keuntungan syuting di Indonesia, Kemenparekraf dapat membujuk produser film Hollywood untuk memilih Indonesia sebagai lokasi syuting yang ideal.

Berkaca dari keberhasilan lokasi syuting film lokal Ada Apa Dengan Cinta, seperti Kota Yogyakarta. Atau keberhasilan lokasi syuting film Laskar Pelangi, seperti Pantai Tanjung Tinggi, yang saat ini ramai oleh wisatawan. Kemenparekraf dapat mengadaptasi hal serupa untuk memperkenalkan alam dan budaya Indonesia di kancah Internasional. Indonesia dapat memperkaya pengalaman wisatawan mancanegara dengan menciptakan pengalaman interaktif di lokasi pembuatan film.

Menurut data dari Kemenparekraf, sekitar 80% wisatawan mencari pengalaman yang berbeda dan unik dalam perjalanannya. Salah satu cara untuk merealisasikan rencana tersebut adalah dengan menawarkan tur lokasi syuting interaktif. Menurut survei ASPPI, tur lokasi syuting menjadi salah satu aktivitas yang paling wisatawan mancanegara minati.

Penggunaan teknologi AR dan VR dalam tur akan menciptakan pengalaman yang imersif di sekitar lokasi syuting film. Pihak pengelola juga dapat menghadirkan pemandu wisata yang mampu memberikan informasi tentang lokasi syuting dan cerita di balik adegan tertentu dalam film. Selain itu, Kemenparekraf perlu menyelenggarakan festival film bergengsi di lokasi syuting yang memberikan kesempatan bagi tamu mancanegara untuk menikmati karya-karya film yang diproduksi di Indonesia.

Menurut data dari Kemenparekraf, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang tertarik dengan festival budaya meningkat sebesar 25% dalam tiga tahun terakhir. Festival ini dapat mencakup pemutaran film, diskusi dengan pembuat film, dan pertunjukan langsung oleh aktor atau musisi yang terlibat dalam produksi film.

Dengan menyertakan elemen-elemen budaya seperti makanan dan seni, Indonesia dapat memberikan sentuhan yang autentik. Strategi-strategi tersebut dapat membangun reputasi Indonesia sebagai destinasi syuting film yang menarik bagi produser film Hollywood dan menyediakan pengalaman wisata yang tak terlupakan. Strategi ini bukan hanya akan memperkuat industri pariwisata, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian dan pertumbuhan budaya negara Indonesia.

Penulis: Febri Rizma Yunita