Universitas Airlangga Official Website

Cerita Mahasiswi FISIP UNAIR Ajak Generasi Muda Berbudaya dengan Berkain

Sesi tanya jawab narasumber bersama peserta Webinar Muda Mudi Berbudaya (Foto: SS Zoom)

UNAIR NEWS – Di era globalisasi sekarang, perkembangan fashion lokal seperti batik mulai kalah saing dengan tren fashion luar negeri. Padahal, batik merupakan warisan budaya yang telah diakui oleh The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sehingga sejatinya harus dilestarikan. 

Untuk itu, dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan Webinar Muda Mudi Berbudaya yang mengusung tema “Pengaplikasian Batik pada Muda Mudi Berbudaya dengan Berkain” pada Minggu (16/10/2022). Acara ini menjadi salah satu rangkaian pembuka dari Gerbang Budaya Nusantara 2022.

Leres Anbara, mahasiswi Ilmu Komunikasi FISIP UNAIR selaku narasumber webinar membagikan pengalaman awal mula ketertarikannya pada dunia batik sejak menonton akun Youtube salah seorang influencer. Ia pun akhirnya bergabung dalam Komunitas Swara Gembira di Jakarta yang giat mengkampanyekan gerakan berkain.

“Ternyata bukan sekadar batik sebagai tren aja nih, mereka mengenalkan batik itu dengan cara-cara yang lebih fun dan diterima masyarakat jadi aku mau pakai batik karena memang bagus motifnya dimana ada sejarahnya, esensi, dan pasar kain tersendiri,” ujarnya.

Kini batik berkembang menjadi produk lokal yang dapat dijadikan sebagai gaya berbusana modern. Meski begitu, Leres mengaku sempat mendapat respon negatif karena dianggap hanya mengikuti tren semata.

Belakangan ini, pengaplikasian batik sebagai outfit di kalangan anak muda memang mengalami peningkatan dengan adanya media sosial melalui tagar #BerkainBersama. Kemudian didorong kemunculan berbagai komunitas peduli batik seperti Pemuda Berkain Surabaya dan adanya aturan sekolah yang mewajibkan siswa memakai pakaian daerah pada hari tertentu.

Bagi Leres, batik bukan hanya sebuah budaya untuk diwariskan, namun merupakan identitas dirinya sehingga berekspresi melalui batik berarti memvalidasi identitas itu sendiri. Sebagai pendiri platform Kalakolektiva yang bergerak di bidang media seni digital, ia berupaya memberikan edukasi seputar batik untuk para pengikutnya.

“Balik lagi gimana caranya kita bisa kasih informasi ke mereka dengan mudah dicerna jadi kita mengemas konten-konten yang sudah dibuat banyak komunitas dan influencer di luar sana tentang kain. Sekarang kan banyak tutorial cara berkain, bukan cuma kain dilipat atau diikat saja,” lanjutnya.

Seiring meningkatnya animo generasi muda terhadap kain, Leres berharap masyarakat mampu menjaga budaya bangsa tersebut mengingat masih banyak pengrajin batik atau desainer yang dapat membawa nama Indonesia ke kancah internasional. “Harapannya semakin banyak orang-orang yang aware dan berani untuk memakai batik nggak cuma di hari-hari tertentu atau karena aturan, tapi rasa bangga dan kita juga bisa datang ke komunitas-komunitas berkain sebagai bentuk apresiasi,” tutupnya.

Penulis: Sela Septi Dwi Arista

Editor: Nuri Hermawan